Sabtu, 11 Juni 2011

Filsafat Ilmu

    Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang disusun metodis,sistematis dan koheren tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan (realitas) , dan yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) tersebut.
  • Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan yaitu gabungan antara berfikir secara rasional dan empiris.(Suriasumantri,1984)
  • Adisusilo(1983), menyatakan Ilmu pengetahuan atau science adalah suatu proses untuk menemukan kebenaran pengetahuan.Karena itu Ilmu harus memiliki sifat ilmiah.
  • Gie (1984) menyatakan pemahaman terhadap konsepsi ilmu yaang sistematik dan lengkap hendaknya mencakup segi-segi denotasi,konotasi, dan dimensi.
  • Suriasumantri, menyatakan ciri-ciri keilmuan didasarkan pada jawaban yang diberikan ilmu terhadap tiga pertanyaan pokok yang mencakup Ontologi, Epistemologi, dan Axiologi..
  • Hakekat Ilmu Pengetahuan
Ilmu merupakan pengetahuan yang di dapat melalui proses tertentu yang di namakan metode keilmuan.yaitu gabungan antara berpikir secara empiris dan rasional.
Ilmu pengetahuan mempunyai sifat ilmiah yaitu pengetahuan yang di peroleh secara metodis,sistematis dan logis.

  1. Humanisme
Humanisme merupakan sebuah konsep monumental yang menjadi aspek fundamental bagi Renaisans, yaitu aspek yang dijadikan para pemikir sebagai pegangan untuk mempelajari kesempurnaan manusia di alam natural dan di dalam sejarah sekaligus meriset interpretasi manusia tentang ini. Ajaran yang terbentuk berdasarkan paham ini adalah Komunisme,Prakmatisme,dan Eksistensialisme.
  1. Rasionalisme (Dipelopori oleh Rene Descartes(1596-1650))
Descartes menerima 3 realitas atau substansi bawaan,yang ada sejak kita lahir,yaitu (1) realitas pikiran (2) realitas perluasan atau materi (3) tuhan (sebagai wujud yang seluruhnya sempurna,penyebab sempurna dari kedua realitas itu).

  1. Positifisme (Dibangun oleh Saint Simon dan dikembangkan oleh Auguste Comte(1798-1857))
Ia menyatakan bahwa pengetahuan manusia berkembang secara evolusi dalam 3 tahap,yaitu teologis,metafisika,dan positif. Perkembangan aliran ini melahirkan aliran Materialisme.

  1. Empirisme (David Hume (1711-1776)),
Memilih pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan.
  • Filsafat akan selalu berkaitan dengan hal mendasar dari ilmu itu sendiri, Karena itu membahas filsafat sebagai ilmu harus selalu ditempatkan dalam dasar-dasar ontologi, epistemologi dan aksiologi. Filsafat itu mempersoalkan sesuatu tidak berdasar pada common sense,sebab kebenaran filsafat adalah kebenaran yang eksistensial. Itulah mengapa Phytagoras menegaskan 3 tipe manusia yang disebut philosopher,sebagai mereka yang mencintai kesenangan,kegiatan dan kebijaksanaan.
  • Menurut Watloly landasan- landasan pemikiran filsafat meliputi landasan ontologi,epistemologi,dan aksiologi. Landasan filsafat membuka wawasan kita untuk membangun argumen-argumen logika yang koherensif,dalam arti mengembangkan kesadaran aktual untuk mengakui bahwa obyek material dan obyek formal dalam ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang bersumber dari “suatu ada”.
  • Menurut Neuman,sumber ilmu pengetahuan yang diterima dari authority artimya kita menerima sesuatu sebagai kebenaran hanya karena sesuatu itu dipublikasiakn oleh kekuasaan,dan kita menggunakan kekuasaan sebagai dasar pengetahuan kita. Sedang pengetahuan yang bersumber dari tradisi adalah suatu pengetahuan yang diterima sebagai yang benar hanya karena ”hal itu adalah sesuatu yang sudah terjadi sebelumnya”.
  • Perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi akan mengantarkan masyarakat dunia di awal abad 21 ke dalam tatanan kehidupan yang komplek,sarat perubahan dan diwarnai oleh keterbukaan Abad 21 merupakan era partisipasi,dimana individu dan komunitas memberi kontribusi keunikan dan keunggulannya masing-masing untuk tujuan bersama,yaitu peningkatan kesejahteraan umat manusia
  • Interaksi yang terjadi pada setiap tingkat atau antar komunitas harus dapat berlangsung dengan berlandaskan pada etika dan moral yang mungkin berubah, tetapi tetap bersumber pada nilai-nilai dasar keagamaan. Memberdayakan individu dan penataan kembali institusi harus dilaksanakan sehingga interaksi sosial yang bersifat plural dan egaliter dapat diwujudkan . Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pendidikan membentuk Landasan komunikasi. Menciptakan sinergi dari seluruh potensi komunitas dan menggalang kerjasama eksternal dengan mitra strategis

  1. Fungsi Filsafat Ilmu
  • Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
  • Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
  • Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
  • Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
  • Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Disarikan dari Agraha Suhandi (1989)
Filsafat akan selalu berkaitan dengan hal mendasar dari ilmu itu sendiri, Karena itu membahas filsafat sebagai ilmu harus selalu ditempatkan dalam dasar-dasar ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Filsafat itu mempersoalkan sesuatu tidak berdasar pada common sense,sebab kebenaran filsafat adalah kebenaran yang eksistensial.





Itulah mengapa Phytagoras menegaskan 3 tipe manusia yang disebut philosopher,sebagai mereka yang mencintai kesenangan,kegiatan dan kebijaksanaan.
  • Menurut Watloly landasan- landasan pemikiran filsafat meliputi landasan ontologi,epistemologi,dan aksiologi.
  • Landasan filsafat membuka wawasan kita untuk membangun argumen-argumen logika yang koherensif,dalam arti mengembangkan kesadaran aktual untuk mengakui bahwa obyek material dan obyek formal dalam ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang bersumber dari “suatu ada”.

  1. Hakikat sumber-sumber pemikiran filsafat
Menurut Neuman,sumber ilmu pengetahuan yang diterima dari authority artimya kita menerima sesuatu sebagai kebenaran hanya karena sesuatu itu dipublikasiakn oleh kekuasaan,dan kita menggunakan kekuasaan sebagai dasar pengetahuan kita. Sedang pengetahuan yang bersumber dari tradisi adalah suatu pengetahuan yang diterima sebagai yang benar hanya karena ”hal itu adalah sesuatu yang sudah terjadi sebelumnya”.

  1. Ilmu sebagai”cara berada manusia”
Cara berada manusia tidak bisa dilepaskan dari kesejatian manusia sebagai homo sapiens,homo faber,dll. Artinya manusia itu menggerakkan rasio dan pemikirannya untuk menyusun sejumlah penjelasan mengenai dirinya dan hubungannya dengan lingkungan sekitar dan masyarakat.
Manusia harus mampu menciptaka sejumlah karya dan mekanisme untuk menegaskan eksistensinya sebagai makhluk yang berakal budi.Di sinilah maka ilmu menjadi tenaga dan kekuatan bagi manusia untuk mampu mencari keseimbangan dengan lingkungan.

  1. Perkembangan Pemikiran di Dunia Barat
Modernisasi merupakan satu sikap hidup yang telah diterima oleh bagian terbesar umat manusia yang menginginkan kehidupan yang lebih sejahtera dan lebih bermakna. Sedangkan modernisasi adalah hasil dari Renaissance yang terjadi di dunia Barat dalam abad ke 15 dan 16, dan diikuti oleh berkembangnya Rationalisme. Perubahan masyarakat dari masyarakat agraris ke masyarakat industri menimbulkan banyak kesengsaraan pada banyak kaum petani.

  1. Gambaran Masyarakat Dunia Abad XXI
Perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi akan mengantarkan masyarakat dunia di awal abad 21 ke dalam tatanan kehidupan yang komplek,sarat perubahan dan diwarnai oleh keterbukaan . Abad 21 merupakan era partisipasi,dimana individu dan komunitas memberi kontribusi keunikan dan keunggulannya masing-masing untuk tujuan bersama,yaitu peningkatan kesejahteraan umat manusia. Dasawarsa mendatang akan ditandai oleh makin terfragmentasinya permintaan.





  1. Perkembangan yang harus dilakukan untuk masa depan
Interaksi yang terjadi pada setiap tingkat atau antar komunitas harus dapat berlangsung dengan berlandaskan pada etika dan moral yang mungkin berubah, tetapi tetap bersumber pada nilai-nilai dasar keagamaan. Memberdayakan individu dan penataan kembali institusi harus dilaksanakan sehingga interaksi sosial yang bersifat plural dan egaliter dapat diwujudkan.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pendidikan membentuk Landasan komunikasi. Menciptakan sinergi dari seluruh potensi komunitas dan menggalang kerjasama eksternal dengan mitra strategis.

  1. Filsafat eksistensialisme
Sejarah munculnya eksistensialisme
  • Istilah eksistensialisme dikemukakan oleh ahli filsafat Jerman Martin Heidegger (1889-1976).
  • Eksistensialisme adalah merupakan filsafat dan akar metodologinya berasal dari metoda fenomologi yang dikembangkan oleh Hussel (1859-1938).
  • Munculnya eksistensialisme berawal dari ahli filsafat Kieggard dan Nietzche.
  • Kiergaard Filsafat Jerman (1813-1855) filasafatnya untuk menjawab pertanyaan “Bagaimanakah aku menjadi seorang individu)”.
  • Hal ini terjadi karena pada saat itu terjadi krisis eksistensial (manusia melupakan individualitasnya).
  • Kiergaard menemukan jawaban untuk pertanyaan tersebut manusia (aku) bisa menjadi individu yang autentik jika memiliki gairah, keterlibatan, dan komitmen pribadi dalam kehidupan.
  • Nitzsche (1844-1900) filsuf jerman tujuan filsafatnya adalah untuk menjawab pertanyaan “bagaimana caranya menjadi manusia unggul”.
  • Jawabannya manusia bisa menjadi unggul jika mempunyai keberanian untuk merealisasikan diri secara jujur dan berani.

Apakah eksistensialisme itu?
  • Eksistensialisme merupakan filsafat yang secara khusus mendeskripsikan eksistensi dan pengalaman manusia dengan metodologi fenomenologi, atau cara manusia berada.
  • Eksistensialisme adalah suatu reaksi terhadap materialisme dan idealisme.
  • Pendapat materialisme terhadap manusia adalah manusia adalah benda dunia, manusia itu adalah materi , manusia adalah sesuatu yang ada tanpa menjadi subjek.
  • Pandangan manusia menurut idealisme adalah manusia hanya sebagai subjek atau hanya sebagai suatu kesadaran.
  • Eksistensialisme berkeyakinan bahwa paparan manusia harus berpangkalkan eksistensi, sehingga aliran eksistensialisme penuh dengan lukisan-lukisan yang kongkrit.

Apakah eksistensi itu?
  • Eksistensi oleh kaum eksistensialis disebut Eks berarti keluar, sintesi berarti berdiri. Jadi ektensi berarti berdiri sebagai diri sendiri.
  • Menurut HeideggardDas wesen des daseins liegh in seiner Existenz
  • Da-sein adalah tersusun dari dad an sein. “Da” disana. “Sein” berarti berada. Artinya manusia sadar dengan tempatnya.
  • Menurut Sartre adanya manusia itu bukanlah “etre” melainkan “ a etre”. Artinya manusia itu tidak hanya ada tapi dia selamanya harus membangun adanya, harus dibentuk dengan tidak henti-hentinya.
  • Menurut Parkay (1998) aliran eksistensialisme terbagi dua bersifat theistik (bertuhan) dan atheistik
  • Menurut eksistensialisme ada 2 jenis filsafat tradisional, filsafat spekulatif dan filsafat skeptif
  • Filsafat skepekulatif menyatakan bahwa pengalaman tidak banyak berpengaruh pada individu
  • Filsafat skeptif manyatakan bahwa semua pengalaman itu adalah palsu tidak ada sesuatu yang dapat kita kenal dari realita. Menurut mereka konsep metafisika adalah sementara.


  1. Konsep ilmu pengetahuan

  1. Klasifikasi
Konsep ilmu dikelompokkan dalam empat golongan yakni klasifikasi, perbandingan, kuantitatif, dan peluang. Konsep klasifikasi adalah suatu konsep yang meletakkan objek yang ditelaah dalam suatu kelas tertentu. Semua konsep taxonomi dalam zoologi dan botani dengan bermacam spesies, famili, genus, dan sebagainya merupakan konsep klasifikasi.

  1. Komparatif
Konsep yang lebih efektif dalam memberikan informasi adalah konsep perbandingan (komparatif). Konsep ini berperan sebagai perantara antara konsep klasifikasi dan konsep kuantitatif. Konsep kuantitatif mempunyai pasangan yang berhubungan dengan konsep komparatif, dimana dalam perkembangan sebuah bidang keilmuan, biasanya berfungsi sebagai langkah pertama terhadap kuantitatif.

  1. Kuantitatif
Kita harus mengetahui perbedaan antara kualitatif dan kuantitatif bukanlah suatu perbedaan dalam hakekat, namun hanya perbedaan dalam sistem konsep kita yaitu dalam konsep bahasa.
Satu hal lain yang penting diingat adalah peranan konvensi (perjanjian) yang mempunyai fungsi yang penting dalam pemakaian konsep kuantitatif. Sebelum kita membicarakan peranan pengukuran dalam pengembangan konsep kuantitatif, terlebih dulu kita harus menyebut suatu metode kuantitatif yang lebih mudah dan lebih asasi yakni metode menghitung. Penarikan kesimpulan baru dianggap sahih kalau penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu, yakni berdasarkan logika. Secara garis besarnya, logika terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu logika induksi dan logika deduksi. (Jujun Suriasumantri)


  1. Peluang
Hukum deterministik adalah hukum yang menyebutkan bahwa dengan syarat-syarat tertentu maka suatu kejadian akan berlaku. Hukum ini dapat dinyatakan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Pernyataan bahwa”sebatang logam jika dipanaskan akan memuai”, ini merupakan pernyataan kualitatif.


  1. Pengantar Filsafat Ilmu
Pengertian Filsafat Ilmu
  1. Robert Ackerman philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap pendapat-pendapat lampau telah dibuktikan atau dalam kerangka kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
  2. Lewis White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)
  3. A.Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)
  4. Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.)
  5. May Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral analysis, description, and clarifications of science.” (Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu
  6. Peter Caws “Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do for science what philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers them as grounds for belief and action; on the other, it examines critically everything that may be offered as a ground for belief or action, including its own theories, with a view to the elimination of inconsistency and error. (Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan Kesalahan

  1. Fokus Kajian Filsafat Ilmu
Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)
Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar menandakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara (teknik) atau sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral atau profesional ? (Landasan aksiologis).

  1. Fungsi Filsafat Ilmu
Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada. Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.

  • untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah.
  • Confirmatory function yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi
  • Explanation function yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.

  1. Substansi Filsafat Ilmu
    1. Kebenaran (truth)
  • 3 teori kebenaran yaitu koherensi, korespondensi dan pragmatik (Jujun S. Suriasumantri, 1982)
  • Michel William mengenalkan 5 teori kebenaran dalam ilmu, yaitu : kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, kebenaran performatif, kebenaran pragmatik dan kebenaran proposisi.
  • Noeng Muhadjir menambahkannya satu teori lagi yaitu kebenaran paradigmatik.


  1. Kebenaran koherensi
Berfikir benar korespondensial adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan dengan sesuatu lain. Korespondensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan, antara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik
  1. Kebenaran performatif
Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan aktual dan menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis yang teoritik, maupun yang filosofik, orang mengetengahkan kebenaran tampilan aktual. Sesuatu benar bila memang dapat diaktualkan dalam tindakan.
  1. Kebenaran pragmatik
Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan memiliki kegunaan praktis.
  1. Kebenaran proposisi
Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks, yang merentang dari yang subyektif individual sampai yang obyektif. Suatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar
  1. Kebenaran struktural paradigmatik
Sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik ini merupakan perkembangan dari kebenaran korespondensi. Sampai sekarang analisis regresi, analisis faktor, dan analisis statistik lanjut lainnya masih dimaknai pada korespondensi unsur satu dengan lainnya. Padahal semestinya keseluruhan struktural tata hubungan itu yang dimaknai, karena akan mampu memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih menyeluruh.





    1. Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang, atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau probalistik. Menampilkan konfirmasi absolut biasanya menggunakan asumsi, postulat, atau axioma yang sudah dipastikan benar. Tetapi tidak salah bila mengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk membuat penjelasan, prediksi atau pemaknaan untuk mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh secara induktif, deduktif, ataupun reflektif.
    1. Logika inferensi
Penarikan kesimpulan baru dianggap sah kalau penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu, yakni berdasarkan logika. Secara garis besarnya, logika terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu logika induksi dan logika deduksi.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar